Rubrik
Berita Utama
Metropolitan
Naper
Nusantara
Dikbud
Ekonomi
Iptek
Nasional
Internasional
Olahraga
Kurs Mata Uang
Opini
Jawa Timur
Jawa Tengah
Berita Yang lalu
English
Nederlands
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Dikbud
Sabtu, 8 Juni 2002

Jajakan Jazz dengan The Stage Bus

Kompas/agus susanto
SEBUAH bus hitam berukuran panjang 12 meter diparkir di depan Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (6/6) malam. Sisi kanan badan bus dibedah dan dibuat panggung berukuran 7 x 3 meter. Itulah The Stage Bus yang membawa rombongan violis Luluk Purwanto (42) bersama trio Helsdingen, yaitu Rene Van Helsdingen (piano akustik), Marcello Pellitteri (drum), dan Essiet Okon Essiet (bas akustik). Mereka tampil dalam rangka Jak Art@2002.

Bus besar yang dimodifikasi oleh seniman dan insinyur Aart Marcus itu memang dirancang untuk musisi dengan mobilitas tinggi, seperti Luluk dan sang suami, Rene, beserta trionya itu. Di pertengahan 1990-an, The Stage Bus pernah menjelajah 15 kota di Jawa dan Bali. Mereka main di segala tempat, seperti di depan keraton Yogyakarta, di sekitar pusat perbelanjaan, di halaman Kampus ITB, di halaman Candi Borobudur, sampai di pinggir Pantai Jimbaran, Bali.

Itu hanya bagian dari petualangan The Stage Bus yang pernah merambah daratan Eropa, dan bulan depan mereka akan berkeliling ke 24 negara bagian Amerika Serikat (AS). Dalam perjalanan dari Australia menuju Sumatera pada 1997, The Stage Bus diangkut kapal bersama dengan 1.500 sapi impor dari Australia.

Bus memang dirancang praktis sebagai "hotel" berjalan, yang dilengkapi panggung yang dengan cepat dapat dibongkar-pasang. Bus membawa grand piano berikut piranti tata cahaya, dan tata suara berkekuatan 1.000 watt. Pada bagian bus terdapat "studio rekaman" mini dengan piranti perekam 28 jalur suara.

Begitulah bus dirancang untuk menyebarkan kegembiraan jazz. Di depan Plaza Senayan, penonton bisa menikmati dengan cara santai. Mereka boleh duduk "resmi" di 50-an kursi yang disediakan The Stage Bus. Boleh juga lesehan di rumput, duduk di undakan batu, nongkrong di motor.

Jazz, kata orang, dapat mampir atau singgah ke telinga orang secara ajaib, dan tidak harus disimak dengan dahi berkerut. Permainan Luluk dan kawan-kawan itu memang harus bersaing dengan deru mobil dan atau raungan motor yang melintas di Jalan Asia-Afrika. Namun, begitulah cara bersahabat The Stage Bus dalam mendekati publik. Mereka tidak memanggil orang untuk datang menonton, tetapi mendatangi publik untuk disuguhi jazz modern.

Luluk dan The Helsdingen Trio memainkan komposisi mereka sendiri, seperti Sit and Go, Kelingan, Mau Lagi, yang praktis tak dikenal pengunjung, kecuali Es Lilin yang mendapat sambutan meriah.

Lagu tradisional berbahasa Sunda itu diawali lantunan vokal Luluk: es lilin mah eu-ceu kalapa muda/ dibantun mah eu-ceu ka Majalaya....

Bagaimana pemain bas dan drum asal AS itu menghayati Es Lilin?

"Mereka itu musisi yang bagus, mereka hanya belajar lewat telinga. Mereka menghayati lagu dengan merespons permainan Luluk," kata Rene, pria berdarah Belanda, kelahiran Jakarta, 1957.

Rene, yang sudah 15 tahun menikah dengan Luluk, dengan bercanda mengatakan, "Saya sempat mendengar pelog dari permainan Luluk."

Apa pun, itulah jazz yang memang sangat terbuka untuk menyerap pengaruh musikal sekeliling. Keterbukaan jazz itu yang diharapkan juga diterima dengan telinga terbuka oleh publik di mana saja. Itulah yang dibawa The Stage Bus yang berkeliling menjajakan jazz. Mereka mencairkan kesan eksklusif jazz, dengan cara menyuguhkan jazz di sembarang tempat, dengan permainan yang tidak sembarangan. (XAR)

Search :
 
 

Berita Lainnya :

AGENDA

Asal Muasal Cerita Si Kancil yang Cerdik

Buku Mahal, Siapa yang Bermasalah?

BUKU BARU

Buku Murah Mas'ud

Guru Berkualitas Bisa Melamar ke Adelaide

INFO PUSTAKA

Jajakan Jazz dengan The Stage Bus

Mata Pelajaran Masih Dibebani Pesan "Sponsor"

"Memahami Asal Usul Manusia Jawa, Mitos atau Realitaskah...?"

Membangkit Batang Terendam

Mengupas Kesederhanaan dan Kekompleksan Soeharto

Mengabadikan Soeharto dalam Cerita Pendek

Pemerintah Sebaiknya Bukan Melarang

Politik Soeharto terhadap Militer

Sadli dan "PR" Pemerintahan Pasca-Soeharto

Semua Ada Masalah

SPMB PTN Dilakukan Tanggal 2-3 Juli

TOKOH DAN BUKU

Tolong, WC-nya Diperbaiki...

Wapres Berharap Subsidi Parpol Dialihkan untuk Pendidikan

 



 

 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS